Definisi dan Pengertian Aki Baterai
Baterai adalah suatu
proses kimia listrik, dimana pada saat pengisian/cas/charge energi
listrik diubah menjadi kimia dan saat pengeluaran/discharge energi
kimia diubah menjadi energi listrik.Baterai (dalam hal ini adalah aki;
aki mobil/motor) terdiri dari sel-sel dimana tiap sel memiliki tegangan
sebesar 2 V, artinya aki mobil dan aki motor yang memiliki tegangan 12
V terdiri dari 6 sel yang dipasang secara seri (12 V = 6 x 2 V)
sedangkan aki yang memiliki tegangan 6 V memiliki 3 sel yang dipasang
secara seri (6 V = 3 x 2 V).
Antara satu sel dengan sel lainnya dipisahkan oleh dinding penyekat yang terdapat dalam bak baterai,
artinya tiap ruang pada sel tidak berhubungan karena itu cairan
elektrolit pada tiap sel juga tidak berhubungan (dinding pemisah antar
sel tidak boleh ada yang bocor/merembes).
Di
dalam satu sel terdapat susunan pelat pelat yaitu beberapa pelat untuk
kutub positif (antar pelat dipisahkan oleh kayu, ebonit atau plastik,
tergantung teknologi yang digunakan) dan beberapa pelat untuk kutub
negatif. Bahan aktif dari plat positif terbuat dari oksida timah coklat
(PbO2) sedangkan bahan aktif dari plat negatif ialah timah (Pb)
berpori (seperti bunga karang).
Pelat-pelat tersebut terendam oleh cairan elektrolit yaitu asam sulfat (H2SO4).
Saat baterai mengeluarkan arus
1.
Oksigen (O) pada pelat positif terlepas karena
bereaksi/bersenyawa/bergabung dengan hidrogen (H) pada cairan elektrolit
yang secara perlahan-lahan keduanya bergabung/berubah menjadi air
(H20).
2. Asam (SO4) pada cairan elektrolit bergabung dengan timah
(Pb) di pelat positif maupun pelat negatif sehigga menempel dikedua
pelat tersebut.
Reaksi ini akan berlangsung terus sampai isi (tenaga baterai) habis alias dalam keadaan discharge.
Pada saat battery
dalam keadaan discharge maka hampir semua asam melekat pada
pelat-pelat dalam sel sehingga cairan eletrolit konsentrasinya sangat
rendah dan hampir melulu hanya terdiri dari air (H2O), akibatnya berat
jenis cairan menurun menjadi sekitar 1,1 kg/dm3 dan ini mendekati berat
jenis air yang 1 kg/dm3. Sedangkan baterai yang masih berkapasitas
penuh berat jenisnya sekitar 1,285 kg/dm3. Nah, dengan perbedaan berat
jenis inilah kapasitas isi battery bisa diketahui apakah masih
penuh atau sudah berkurang yaitu dengan menggunakan alat hidrometer.
Hidrometer ini merupakan salah satu alat yang wajib ada di bengkel aki
(bengkel yang menyediakan jasa setrum/cas aki). Selain itu pada saat
baterai dalam keadaan discharge maka 85% cairan elektrolit terdiri dari
air (H2O) dimana air ini bisa membeku, bak baterai pecah dan
pelat-pelat menjadi rusak.
Air
memiliki berat jenis 1 kg/dm3 (1 kg per 1000 cm3 atau 1 liter) dan
asam sulfat memiliki berat jenis 1,285 kg/dm3 pada suhu 20 derajat
Celcius.kg = kilogramdm3 = decimeter kubik = litercm3 = centimeter kubik
/ cc (centimeter cubic)1 dm = 1 liter = 1000 cm3 = 1000 cc
Saat baterai menerima arus
Battery yang menerima arus adalah baterai yang sedang disetrum/dicas alias sedang diisi dengan cara dialirkan listrik DC,
dimana kutup positif battery dihubungkan dengan arus listrik positif
dan kutub negatif dihubungkan dengan arus listrik negatif. Tegangan yang
dialiri biasanya sama dengan tegangan total yang dimiliki baterai,
artinya baterai 12 V dialiri tegangan 12 V DC, baterai 6 V dialiri
tegangan 6 V DC, dan dua baterai 12 V yang dihubungkan secara seri
dialiri tegangan 24 V DC (baterai yang duhubungkan seri total
tegangannya adalah jumlah dari masing-maing tegangan baterai: Voltase1 +
Voltase2 = Voltasetotal). Hal ini bisa ditemukan di bengkel aki dimana
ada beberapa baterai yang duhubungkan secara seri dan semuanya
disetrum sekaligus. Berapa kuat arus (ampere) yang harus dialiri
bergantung juga dari kapasitas yang dimiliki baterai tersebut
(penjelasan tentang ini bisa ditemukan di bagian bawah).
Konsekuensinya,
proses penerimaan arus ini berlawanan dengan proses pengeluaran arus,
yaitu :1. Oksigen (O) dalam air (H2O) terlepas karena
bereaksi/bersenyawa/bergabung dengan timah (Pb) pada pelat positif dan
secara perlahan-lahan kembali menjadi oksida timah colat (PbO2).2. Asam
(SO4) yang menempel pada kedua pelat (pelat positif maupun negatif)
terlepas dan bergabung dengan hidrogen (H) pada air (H2O) di dalam
cairan elektrolit dan kembali terbentuk menjadi asam sulfat (H2SO4)
sebagai cairan elektrolit. Akibatnya berat jenis cairan elektrolit
bertambah menjadi sekitar 1,285 (pada baterai yang terisi penuh).
Cairan elektrolit
Pelat-pelat
baterai harus selalu terendam cairan elektrolit, sebaiknya tinggi
cairan elektrolit 4 - 10 mm diatas bagian tertinggi dari pelat. Bila
sebagian pelat tidak terendam cairan elektrolit maka bagian pada pelat
yang tidak terendam tersebut akan langsung berhubungan dengan udara
akibatnya bagian tersebut akan rusak dan tak dapat dipergunakan dalam
suatu reaksi kimia yang diharapkan, contoh, sulfat tidak bisa lagi
menempel pada bagian dari pelat yang rusak, sebab itu bisa ditemukan
konsentrasi sulfat yang sangat tinggi dari ruang sel yang sebagian
pelatnya sudah rusak akibat sulfat yang sudah tidak bisa lagi bereaksi
dengan bagian yang rusak dari pelat. Oleh karena itu kita harus
memeriksa tinggi cairan elektrolit dalam baterai kendaraan bermotor
setidaknya 1 bulan sekali (kalau perlu tiap 2 minggu sekali agar lebih
aman) karena senyawa dari cairan elektrolit bisa menguap terutama akibat
panas yang terjadi pada proses pengisian (charging), misalnya
pengisian yang diberikan oleh alternator.
Bagaimana
jika cairan terlalu tinggi? Ini juga tidak baik karena cairan
elektrolit bisa tumpah melalui lubang-lubang sel (misalnya pada saat
terjadi pengisian) dan dapat merusak benda-benda yang ada disekitar
baterai akibat korosi, misalnya sepatu kabel, penyangga/dudukan baterai,
dan bodi kendaraan akan terkorosi, selain itu proses pendinginan dari
panasnya cairan elektrolit baterai oleh udara yang ada dalam sel tidak
efisien akibat kurangnya udara yang terdapat di dalam sel, dan juga
asam sulfat akan berkurang karena tumpah keluar; bila asam sulfat
berkurang dari volume yang seharusnya maka kapasitas baterai tidak akan
maksimal karena proses kimia yang terjadi tidak dalam keadaan optimal
sehingga tenaga/kapasitas yang bisa diberikan akan berkurang, yang
sebelumnya bisa menyuplai -katakanlah- 7 ampere dalam satu jam menjadi
kurang dari 7 ampere dalam satu jam, yang sebelumnya bisa
memberikan pasokan tenaga sampai -katakanlah- 1 jam kini kurang dari 1
jam isi/tenaga baterai sudah habis.